BMKG peringatkan risiko karhutla di Provinsi Riau yang kian meningkat seiring dengan pola cuaca panas ekstrem dan curah hujan rendah. Dalam rilis resmi pada Rabu (24/7), Stasiun Klimatologi BMKG Pekanbaru menyampaikan bahwa indeks potensi kebakaran atau Fire Weather Index (FWI) menunjukkan banyak titik rawan yang kini berada pada level siaga hingga sangat rawan kebakaran.
Wilayah yang paling terdampak antara lain Kabupaten Pelalawan, Rokan Hilir, Indragiri Hilir, dan sebagian wilayah Bengkalis. BMKG menyebut bahwa kondisi atmosfer dalam beberapa pekan terakhir sangat mendukung terjadinya kebakaran hutan dan lahan, terutama di daerah dengan lahan gambut kering.
Cuaca Panas dan Minim Hujan Jadi Pemicu
Menurut prakiraan cuaca dari BMKG, sebagian besar wilayah Riau mengalami suhu rata-rata harian antara 32 hingga 35 derajat Celsius. Selain itu, tingkat kelembaban udara rendah, dan curah hujan di bawah normal memperburuk potensi kekeringan di lapisan permukaan tanah.
BMKG peringatkan risiko karhutla juga disebabkan oleh angin kencang dari arah tenggara–barat daya yang mempercepat proses penguapan dan pengeringan vegetasi. Kombinasi ini menciptakan kondisi yang sangat mudah memicu percikan api, baik dari faktor alam maupun aktivitas manusia.
Pemerintah Daerah Perketat Pengawasan dan Patroli
Menanggapi situasi ini, Pemerintah Provinsi Riau melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) meningkatkan status siaga darurat. Beberapa langkah konkret telah dilakukan, seperti:
- Patroli darat di wilayah rawan
- Pemantauan titik panas melalui satelit LAPAN dan MODIS
- Pembuatan embung darurat
- Penyemprotan air di lahan gambut
Gubernur Riau juga telah mengeluarkan surat edaran agar masyarakat tidak membuka lahan dengan cara dibakar. Pemerintah meminta masyarakat untuk aktif melapor jika menemukan titik api atau aktivitas mencurigakan yang dapat memicu kebakaran.
Dampak Karhutla Terhadap Lingkungan dan Kesehatan
BMKG menekankan bahwa karhutla bukan sekadar ancaman lokal, tetapi dapat berdampak luas. Kabut asap dari kebakaran lahan bisa menurunkan kualitas udara secara signifikan dan membahayakan kesehatan, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia.
Karhutla juga memperparah perubahan iklim global. Pembakaran hutan menghasilkan emisi karbon dalam jumlah besar yang bisa bertahan lama di atmosfer. Oleh karena itu, mencegah karhutla adalah langkah penting untuk menjaga lingkungan dan keberlangsungan ekosistem.
Imbauan BMKG dan Ajakannya untuk Waspada
Melalui peringatan dini ini, BMKG berharap semua pihak, termasuk pemerintah daerah, TNI/Polri, dan masyarakat sipil, dapat bekerja sama untuk mencegah terjadinya kebakaran. Banyak pihak menganggap deteksi dini dan pencegahan lebih efektif daripada penanganan setelah api meluas.
Dengan kesadaran dan kepedulian semua pihak, ancaman karhutla di Riau diharapkan dapat ditekan sebelum menimbulkan kerugian besar seperti yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya.
